Diantara bentuk nyata akhlak mulia kepada Rasulullah SAW adalah sebagai berikut : Meyakini dengan sepenuh hati (beriman) bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT. kepada seluruh manusia dan jin untuk menebarkan rahmat bagi alam semesta. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat al-Fath ayat 29 :

dengan keinginan kita. Ikuti kata hati, tulikan telingga dari orang-orang negatif dan pesimis di sekeliling kita, selesaikan apa yang telah kita mulai. Berani dan miliki mental Sang Juara. Ingat The winner never quit, and quitter never win Jangan pernah memalingkan mata kita sedetikpun dari garis finish, mulailah sekarang, saat ini juga. Lakukan segera apa yang kita rencanakan, apa saja. Ingat Action is Power Sebenarnya orang sukses bukanlah orang yang hebat tetapi mereka adalah orang yang selalu take action dan memulai lebih awal sehingga sering kali satu langkah lebih maju dari kita. Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar juga dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan tetapi, usaha kita gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Kegagalan dalam suatu usaha, antara lain disebabkan keterbatasan dan kekurangan yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Apabila gagal dalam suatu usaha, setiap muslim dianjurkan untuk bersabar karena orang yang sabar tidak akan gelisah dan berkeluh kesah atau berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik, bidang usaha yang akan dilakukann harus dikuasai dengan mengadakan penelitian atau riset, selalu berhati-hati mencari teman mitra yang mendukung usaha tersebut, serta memunculkan perbaikan-perbaikan dalam manajemen yang professional. 2. Pengertian Takdir Kata takdir berasal dari kata “qaddara” yang antara lain berarti mengukur, menetapkan, mengatur, memberi kadar atau ukuran 4 , sehingga jika kita berkata, “ Allah telah metakdirkan demikian”, maka itu berarti “ Allah telah memberikan kadar atau ukuran, atau juga batas tertentu dalam diri, sifat, atau kemampuan maksimal makhluk-Nya 5 . Biasanya kata qadar selalu di hubungkan dengan kata qada dan dalam percakapan sehari-hari qada dan qadar Allah selalu ungkapkan bersama-sama sekaligus, atau disebut qadar saja dengan maksud yang sama. Dalam pengertian sehari-hari qada dan qadar disebut juga dengan kata takdir, yang biasanya diartikan ketentuan Tuhan 6 . Seperti yang telah diungkapkan di atas, kata qadar itu berarti kadar atau ukuran tertentu. Sedangkan qada berarti penetapan hukum atau pemutusan atau penghakiman sesuatu. Seorang qadi hakim dinamakan demikian sebab ia bertugas atau bertindak menghakimi dan memutuskan perkara antara dua orang yang bersangkutan dihadapan pengadilan. Al-Qur’an menggunakan kata ini dengan menisbahkannya,kadang-kadang kepada manusia untuk memisahkan dua 4 Ahmad Warson al-munawwir, Al-Munawwir kamus Arab Indonesia, Surabaya Pustaka progresif, 1997, h 1177 dan juga lihat Mahmud Yunus, kamus Arab-Indoesia, Jakarta PT Hida Karya Agung, 1990 h. 332 5 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Bandung Mizan, 2002, cet ke XI, h. 61 6 Maulana M. Ali, Islamologi, Jakarta Darul Kutubi Islamiyah, 1996, cet 5, h. 369 pokok pembahasan dan juga untuk memisahkan antara dua pencipta di alam raya ini. Qada dan qadar adalah dua kata yang saling beriringan, dan tidak dapat dipisahkan antara keduanya, karena salah satunya berkedudukan sebagai banguanannya yaitu qada. Apabila memisahkan keduanya berarati memnghancurkan atau membinasakan bangunan tersebut. 7 Sebagaimana al-Sya’rawi mendefinisikan makna takdir, yaitu taksiran segala sesuatu yang terjadi di masa yang akan datang setelah mengamati ukuran- ukuran yang telah terjadi di masa silam. Sehingga secara istilah takdir merupakan segala sesuatu yang terjadi di alam jagat raya ini dan segala isinya, serta kejadian dalam kadar dan ukuran tertentu, pada tempat dan waktu tertentu, dinamakan takdir. 8 Sementara itu Syaik al-Islam Ibn Taymiyah mendefinisikan, bahwa takdir adalah segala sesuatu yang terjadi karena sebab dan akibat. Misalnya seorang yang meninggal disebabkan sakit. 9 Dalam al-Qur’an, berkali-kali disebutkan masalah qadar atau takdir sebagaiman firman Allah      Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. 10 7 M. Ibrahim al-Hamid, Kupas Tuntas Masalah Takdir, terj. A. Syaikhu, Jakarta Daar ibn Khuzaimah, cet 3, h. 27. 8 Murtadha muthahari, Persfektif al-Qur’an tentang manusia dan agama, Bandung Mizan, tth ,cet 1, h. 198. 9 Ahmad ibn Taymiyah, Qada dan Qadar, Beirut Dar al-Kutub, 2001, cet ke-1, h. 9. 10 Ar-Ra’d 8       Dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu . 11       Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. 12 Kesimpulan yang dapat diambil dari ayat-ayat diatas bahwa maksud dan makna takdir itu adalah suatu peraturan tertentu yang telah dibuat oleh Allah Swt. untuk segala yang ada di alam semesta ini. Jadi, peraturan-peraturan tersebut merupakan undang-undang umum atau kepastian-kepastian yang dikaitkan di dalamnya antara sebab dan akibatnya. Oleh sebab itu dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa makna takdir ialah pemberian ukuran oleh Zat Sang pencipta alam semesta ini, yang dikaitkan dalam hubungan sebab dan akibatnya, sehingga seluruh ciptaan ini mampu atau dapat berinteraksi antara yang satu dengan yang lain dalam kemudian melahirkan kualitas atau kejadian-kejadian tertentu. Dalam rangka untuk memelihara kehidupan misalkan, kita harus makan, minum, bernafas dan sebagainya. Hal ini menimbulkan banyak perbedaan. Apakah dalam mencari nafkah kita menujukan sebagai otrang yang sopan, menghormati orang-orang miskin, ataukah kita mendaptkannya dengan mencuri, merampok, merampas atau dengan cara yang tidak sah. Kita memiliki lidah untuk berbicara apa yang kita kehendaki. Kita dapat menghasilkan manfaat lidah, tetapi 11 al-Hijr 21 12 al-Qomar 49 kita akan binasa karenaya. Hal yang sama berlaku pada organ dalm tubuh kita. Karena itu kita mempunyai kebebasan untuk bertindak dan memilih sesuai dengan keadaan wujud organ-organ yang terkontrol secara penuh. Apabila kita melakukan hal-hal yang sesuai dengan ajaran Allah, berarti kita telah melakukan keridhaan- Nya. Tindakan dan perbuatan semacam itu termasuk kerangka kebebasan kehendak kita, sehingga kepatuhan, atau keingkaran kita akan benar-benar kelihatan jelas. 13 B. Pandangan beberapa Aliran Ilmu Kalam Tentang Ikhtiar dan Takdir 1. Aliran Qadariyah Dalam disiplin ilmu kalam istilah qadariyah dipakai bagi nama suatu aliran yang memberikan penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatannya 14 . Istilah qadariyah mengandung dua arti. Pertama, qadariyah yang berasal dari kata qadara yang berarti berkuasa. Qadariayah dalam pengertian pertama ini adalah mereka yang memandang manusia berkuasa dan bebas dalam perbuatannya 15 . Kedua, qadariyah berasal dari kata qadara tetapi dengan arti menentukan. Qadariyah dalam pengertian ini adalah orang-orang yang berpendapat bahwa nasib manusia telah ditentukan sejak zaman azali. Dalam pembahasan ini, qadariyah yang dimaksud adalah pengetian pertama, sedangkan pengetian kedua seperti dikenal dalam sejarah ilmu kalam yang disebut Jabariyah. 13 Kamil Y. Avdich, Meneropong Doktrin Islam, pen. Shonhadji Sholeh, Cet I, Bandung Alma’arif, 1987, h. 32 14 M. Yunan Yusuf, Alam pikiran Islam Pemikiran Kalam Jakarta BPKM, 1990, h. 21 15 M. Dawam Raharjo, Insan Kamil konsep manusia Menurut Islam, Jakarta Grafiti Press, 1985, cet ke 1, h. 31 Paham qadariyah kelihatannya ditimbulkan pertama kali oleh seorang yang bernama Ma’bad al-Juhani, menurut Ibn Nabata, Ma’bad al-Juhani dan temannya Ghailan al-Dimasyqi mengabil paham ini dari seorang kristen yang masuk Islam di Irak. Dan menurut Dzahabi, Ma’bad adalah seorang tabi’in yang baik 16 . Tetapi ia memasuki lapangan politik dan memihak Abdurrahman ibn al-Asy’as, gubernur Sajistan, dalam menentang kekuasan Bani Umayyah. Dalam pertempuran dengan al-Hajjaj Ma’bad meninggal terbunuh dalam tahun 80 H 17 . Dalam hal itu Ghailan sendiri yang terus mensyiarkan paham qadariyah- nya di Damaskus, tetapi mendapat tantanga dari Khalifah Umar ibn Abdul Aziz. Ghailan di hukum mati pada masa pemeritahan Hisyam ibn Abul Malik karena berkenaan pahamnya. Menurut Ghailan, manusia berkuasa atas perbuatan- perbuatannya, manusia sendirilah yang melakukan perbuatan-perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaannya sendiri manusia sendiri yang melakukan dan menjauhi perbuatan jahat atas kemauan dan daya sendiri. dalam hal ini manusia merdeka dalam tingkah lakunya. Ia berbuat baik atas kemauan dan kehendaknya sendiri. di sini tak terdapat paham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu, dan bahwa manusia dalam perbuatan-perbuatannya hanya bertindak menurut nasibnya yang talah ditentukan sejak zaman azali 18 . 16 Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta UI Press, 1986, h. 34 17 Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 34 18 Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, h. 35 2. Aliran Jabbariyah Aliran ini timbul bersamaan dengan timbulnya aliran Qadariyah, dan tampaknya merupakan reaksi dari paham qadariyah. Daerah tempat timbulnya paham ini juga tidak berjauhan. Aliran Qadariyah timbul di Irak, sedangkan Jabariyah timbul di Khurasan Persia. Jabariyah adalah infiltrasi dari paham luar Islam yang sengaja dimasukan ke dalam Islam untuk merusak keyakinan Islam. Orang Yahudilah yang mempunyai paham ini, bernama Thalut ibn A’shom, paham sengaja diinfiltrasikan ke dalam Islam pada zaman Khulafaur Rasyidin, yang disebabkan oleh Ibban ibn Sam’an dan Ja’ad ibn Dirham. Keduanya dibantu oleh Jaham ibn Shafwan maka aliran ini dinamakan Jahamiyah. Jaham mati terbunuh pada tahun 131 H pada akhir pemerintahan Bani Umayyah 19 . Dalam istilah Inggris paham Jabariyah disebut fatalism, atau prestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa pebuatan manusia ditentukan sejak semula oleh qada dan qadar Tuhan 20 . Menurut paham ekstrim ini, segala perbuatan manusia yang dilakukan bukan merupakan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksa atas dirinya sendiri. misalkan orang mencuri, maka perbuatannya itu bukanlah atas kehendaknya sendiri, tetapi timbul karena qada dan qadar Tuhan menghendaki demikian. Dengan kata lain, ia mencuri bukan atas kehendaknya, tetapi Tuhan lah yang memaksa untuk mencuri. Manusia dalam paham ini hanya merupakan wayang bergerak yang hanya digerakan oleh dalang, 19 Umar Hasyim, Seluk Beluk Takdir, Jakarta CV Ramadhan, 1992, cet ke 5, h. 84 20 Abudin Nata, Ilmu Kalam Filsafat dan Tasawuf, Jakarta Raja Grafindo, 2001, cet. V, h. 40
Kitausaha,kita ikhtiar . Rezeki Allah kita xtahu kan..Yg penting kita buat sebaiknya ️ . Anda READY nak all out 2 bulan terakhir 2021 nie? .
Tidak bisa dipungkiri, virus Corona menimbulkan rasa khawatir akan keselamatan jiwamanusia. Kekhawatiran itu kemudian di kalangan umat Islam memunculkan sikap-sikap keberagamaan tertentu yang semuanya ada rujukannya di dalam Al-Quran. Memang begitulah seharusnya orang-orang beriman menyikapi persoalan-persoalan hidupnya sebagaimana diperintahkan di dalam Al-Qur'an. Di dalam kitab suci ini terdapat ayat-ayat yang isinya sangat beragam namum masing-masing tidak saling menafikan tetapi bersinergi sehingga menjadi sebuah trilogi, yakni 1 ikhtiar usaha, 2 doa, dan 3 tawakal. Penjelasannya sebagai berikut Ikhtiar Jika seseorang mengharapkan sesuatu, misalnya perubahan nasib, mendapatkan rezeki, ilmu, kelulusan ujian, kesehatan dan sebagainya, maka ia harus melakukan suatu upaya lahiriah secara aktif dan nyata, dan inilah yang disebut ikhtiar atau usaha. Demikian pula jika kita berharap terhindar atau selamat dari acaman virus Corona yang mematikan itu kita harus memperhatikan petunjuk dari para ahli di bidang kesehatan sebab merekalah yang secara khusus mendalami ilmu di bidang ini yang hukum mempelajarinya adalah fadhu kifayah sebagaima pendapat Imam al-Ghazali. Salah satu petunjuk dari para ahli kesehatan terkait dengan virus Corona yang telah terbukti dapat menular dan menyebar dengan sangat cepat ini adalah agar kita menghindari berkumpul dalam jumlah besar dalam waktu dan tempat yang sama. Alasannya adalah hal semacam ini berpotensi menularkan dan menyebarkan virus Corona dengan terjadinya kontak fisik secara langsung di antara orang-orang yang berkumpul itu. Petunjuk itu kemudian oleh para ulama yang tergabung dalam ormas atau lembaga tertentu seperti LBM PBNU, MUI dan Kementerian Agama ditindak lanjuti dengan imbauan untuk sementara tidak mengadakan shalat Jumat di masjid-masjid bagi daerah-daerah di zona merah virus Corona. Sebagai gantinya masyarakat dianjurkan untuk melaksanakan shalat Dzuhur empat rakaat di rumah masin-masing. Ketiga lembaga tersebut berwenang mengeluarkan imbauan seperti itu karena memang itu wilayah tanggung jawab mereka. Pertanyaannya, apakah usaha atau ikhtiar agar terhindar dari tertular atau menularkan virus Corona memiliki dasar di dalam ajaran Islam? Jawabnya “Ya”, yakni Surat Ar-Ra’d, ayat 11 sebagai berikut إِنَّ اللهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ Artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Merujuk pada ayat tersebut, ancaman virus Corona bisa saja akan terus berlangsung sampai ada usaha-usaha nyata untuk menanganinya. Dalam hal ini ada dua tindakan untuk menangani, yakni mencegah to prevent dan mengobati to cure. Anjuran untuk sementara tidak melaksanakan shalat Jumat di masjid-masjid merupakan tindakan pencegahan. Inilah kewajiban para ulama. Sedangkan tindakan pengobatan hanya dapat dilakukan oleh para dokter. Berikhtiar adalah wajib. Maka barangsiapa mau berikhtiar, ikhtiarnya akan dicatat sebagai ibadah. Jika ikhtiarnya membuahkan hasil, maka setidaknya ia akan mendapat 2 dua keuntungan. Pertama, ia akan memperoleh pahala dari Allah. Kedua, ia akan mendapat keberhasilan atau manfaat dari apa yang telah ia usahakan. Tetapi jika ikhtiarnya belum berhasil, maka setidaknya ia akan mendapat pahala dari Allah. Jika ia sabar, maka ia akan mendapatkan pahala yang berlipat. Doa Untuk memperlancar atau mempermudah upaya lahiriah kita mencapai keberhasilan dalam menangani kasus virus Corona, kita juga harus juga melakukan ikhtiar batiniah, yakni berdoa kepada Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat Al Mu’min, ayat 60 sebagai berikut ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ Artinya “Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannnya.” Allah akan menjawab atau memberikan ijabah terhadap apa yang menjadi permohonan kita dalam menangani virus Corona jika kita berdoa kepada-Nya. Gus Mus, sebagaimana dikutip dari NU Online Senin, 15/3, memberikan amalan doa menghadapi virus Corona antara lain sebagai berikut بِسْمِ اللهِ لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ فِي اْلأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ، Artinya “Dengan menyebut nama Allah yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu yang berbahaya baik di bumi maupun di langit. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Mengetahui.” Doa tersebut suapaya dibaca sehabis Subuh dan Maghrib dan juga ketika hendak keluar rumah. Selain itu KH A Mustofa Bisri Gus Mus memberikan amalan dengan mewiridkan asma Allah يا سلام yã Salãm يا حفيظ yã Hafiizh, dan يا مانع يا ضآر ، yã Mãni'u yã Dhãrru, yang masing-masing dibaca minimal 20 kali setiap sehabis salat. Hikmah berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala dalam kaitannya dengan ikhtiar adalah bahwa ikhtiar batin ini akan mendekatkan kita kepada-Nya, dan oleh karena itu akan memperlancar tercapainya apa yang kita ikhtiarkan dan mohonkan. Hikmah lain adalah bahwa dengan berdoa, kita akan terhindar dari klaim bahwa keberhasilan kita semata-mata karena ikhtiar kita sendiri tanpa campur tangan dari Allah. Tentu ini akan mejadi kesombongan yang luar biasa. Na’udzu billahi min dzalik. Tawakal Selain melakukan ikhtiar dan doa kepada Allah dalam upaya kita melepaskan diri dari ancaman virus Corona, ada satu hal lagi yang tidak boleh kita tinggalkan, yakni tawakal. Dalam surat Ali Imran, ayat 159, Allah berfirman فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ Artinya “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertwakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang brtawakal pada-Nya.” Menurut Imam Hanbali tawakal merupakan perbuatan hati. Artinya, tawakal bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan semata, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Tetapi sekali lagi, tawakal merupakan perbuatan hati sehingga tidak bisa diwujudkan dalam bentuk fisik, seperti berdiam diri tanpa melakukan suatu ikhtiar lahiriah. Artinya tawakal tidak meniadakan ikhtiar. Oleh karena itu, dalam kaitan dengan virus Corona kita tidak boleh berserah diri kepada Allah begitu saja tanpa melakukan iktiar nyata agar terhindar dari virus Corona. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan petunjuk bahwa tawakal itu tidak meniadakan ikhtiar yang masuk akal terkait dengan persoalannya sebagaimana beliau tunjukkan dalam suatu hadits tentang perlunya mengikat unta sebelum memasrahkannya kepada Allah dengan tawakal. Hadits tersebut diriwayatkan Ibnu Hibban sebagai berikut اِعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ Artinya “Ikatlah untamu dan bertawakkallah.” Oleh karena itu, petunjuk dari para ulama tentang imbauan melakukan shalat Dzuhur dan sebagai ganti dari shalat Jumat di masjid untuk daerah yang sudah dinyatakan zona merah virus Corona sebaiknya kita perhatikan. Demikian pula imbauan dari para ahli kesehatan untuk melakukan pola hidup sehat, sering-sering cuci tangan dengan menggunakan sabun dan mengurangi mobilitas yang tak perlu juga harus diperhatikan. Tidak hanya itu usaha menjaga imunitas diri juga harus dilakukan agar tidak mudah terdampak oleh virus Corona. Setelah ikhtiar-ikhtiar lahiriah dan batiniah itu kita lakukan dengan sungguh-sungguh, maka kita pasrahkan persoalan virus Corona dan hasil dari ikhtiar-ikhtiar itu kepada Allah dengan meyakini bahwa apapun ketentuan Allah adalah yang terbaik. Dalam kaitan ini, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU KH Said Aqil Siroj mengimbau agar umat Islam meningkatkan iman, bertawakal dan ridha menerima ketentuan Allah dengan merebaknya wabah Covid-19 ini NU Online, Jumat, 20/3. Tawakal memang sangat penting disamping ikhtiar dan doa. Allah mencintai orang-orang-orang yang senantiasa berserah diri kepada-Nya. Seperti kita ketahui dan mungkin sering kita alami bahwa tidak setiap yang kita usahakan atau mohonkan akan tercapai dengan segera sebagaimana kemauan kita. Allah-lah yang mengatur seluruh alam dengan segala permasalahannya. Allah juga Maha Tahu terhadap apa yang akan terjadi di masa depan. Allah Maha Adil dan Bijaksana dengan semua rencana dan keputusan-Nya. Oleh karena itu, sudah seharusnya ikhtiar dan doa kita, kita pasrahkan sepenuhnya kepada-Nya. Biarlah Allah yang mengatur kapan ikhtiar dan doa kita akan terkabul. Allah lebih tahu apa yang terbaik buat hamba-hamba-Nya. Terkadang, apa yang baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah subhanahu wata’ala. Jadi memang ikhtiar, doa dan tawakal harus selalu ada dan kita lakukan secara serempak terkait dengan bagaimana kita harus menghadapi wabah virus Corona Covid-19. Ikhtiar dan tawakal tidak saling bertentangan karena masing-masing berjalan di atas relnya sendiri. Ikhtiar berada dalam di wilayah lahiriah sedang tawakal di wilayah batiniah. Bisa saja orang yang sangat tinggi tawakalnya justru menempuh ikhtiar paling sungguh-sungguh dengan bersikap sangat hati-hati dalam menghadapi persoalan-persoalan seperti virus Corona. Namun demikian, sungguhpun ikhtiar dan tawakal berjalan di atas rel masing-masing, keduanya terhubung dengan doa karena doa merupakan ikhtiar batiniah. Ketiga hal itu harus kita laksakanakan secara seimbang tawazun karena kita adalah para pengikut Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah. Jika kita hanya bertawakal, kita akan sama saja dengan kaum jabariah yang dalam semua persoalan hanya pasrah kepada Allah tanpa ikhtiar yang memadai. Tetapi jika kita hanya mengadalkan ikhtiar saja tanpa doa dan tawakal yang memadai, kita akan sama saja dengan kaum Mu’tazilah yang semata-mata mengandalkan ikhtiar-ikhtiar lahiriah Kesimpulannya kita harus bersikap tengah-tengah tawasuth dan seimbang tawazun dalam menghadapi wabah virus Corona Covid-19 dengan melaksanakan trilogi ikhtiar, doa dan tawakal. Bahkan kita juga harus bersikap toleran tasamuh ketika kita melihat di antara saudara-saudara kita melakukan cara yang berbeda dalam menghadapi virus Corona sepanjang cara-cara itu masih dalam kerangka trilogi di atas. Jangan sampai kita terbelah atau terpisah gara-gara virus Corona ini sebagaimana kekhawatiran Rais Aam Idarah Aliyah Jam'iyah Ahlit Thariqah Mu'tabarah An-Nahdliyah Jatman Habib Muhammad Luthfi bin Yahya NU Online, Jumat, 20/3. Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama UNU Surakarta.
1 Suci dari hadas kecil dan besar. Sebelum membaca Al – Qur’an, alangkah baiknya jika kita memastikan diri dalam keadaan suci, baik dari hadas kecil maupun besar. Hadas kecil meliputi buang air kecil atau terkena najis dan hadas besar misalnya mengeluarkan mani atau haid. Nah, pastikan dulu kalian terbebas dari dua hadas tersebut.
Sumber gambar tompumfordSiapa sih yang mau mendapat hambatan atau merasakan kegagalan dalam hidupnya? Faktanya, kegagalan dan hambatan hidup berdampingan dengan kita. Kita tidak bisa hidup tanpa merasakan pengalaman pahit seperti gagal ketika melakukan sesuatu. Dalam hal ini, kita akan membahas apabila mengalami kegagalan dalam berwirausaha atau adalah hal yang lumrah terjadi, kamu tidak perlu khawatir ketika mengalaminya. Justru kamu harus merasa beruntung karena itu merupakan caramu untuk bisa evaluasi. Nah, bagi kamu yang mungkin takut memulai karena mencemaskan kemungkinan gagal, atau saat ini sedang mengalami fase untuk bisa bangkit dari kegagalan, ulasan kali ini akan membantumu untuk bisa Jitu Menghadapi Kegagalan, Ayo Bangkit Lagi!Kamu benar-benar butuh masukan supaya bisa semangat lagi setelah merasakan pahitnya kegagalan? Tenang, ulasan ini akan bantu kamu Tetap tenang, kamu nggak sendirianHai, kamu merasa orang paling payah? No, itu sama sekali nggak benar. Bahkan, orang yang sekarang suksesnya bukan main juga pernah mengalami kegagalan kok. Yang membuat mereka bisa sebesar sekarang ya karena nggak ada kata menyerah dalam kamus hidup mereka. Kalau kamu menganggap dirimu terlalu menyedihkan dan ingin mengakhiri perjuangan, maka kamu salah besar. Kamu harus tetap melangkah ya!2. Cari alasan dalam dirimu kenapa kamu harus melanjutkan perjuanganPercuma saja kan kalau banyak yang menyemangati tapi kamu sendiri tidak ada mood untuk terus berjuang? Semua kembali lagi pada keputusanmu, kamu ingin lanjut atau berhenti. Motivasi internal memang berpengaruh paling kuat agar kamu lebih semangat dan konsisten. Sebaiknya kamu tidak menghentikan langkahmu hanya karena tersandung batu cobaan selama proses. Justru batu sandungan itu yang nantinya akan membuat kamu lebih tangguh. Ayo semangat!3. Evaluasi diri, cari tahu penyebab kamu gagalKamu tidak mungkin gagal tanpa sebab kan? Nah, kegagalan juga yang nantinya akan membuat kamu istirahat sejenak sambil memikirkan letak kesalahan. Kesalahan yang ada perlu diperbaiki. Kalau dalam proses mencapai tujuan tidak mengalami yang namanya hambatan atau kegagalan, justru itu tidak baik bagi kemajuan bisnis. Bisnis bisa berkembang karena ada tantangan yang harus dihadapi. Kalau bisnis nggak ada tantangannya, sama sekali tidak seru dan tidak bisa membuat bisnis berkembang,4. Tidak usah terburu-buru, kamu memang butuh menenangkan pikiranApakah kamu merasa benar-benar sedang tidak mood meneruskan perjuanganmu? Mungkin kamu memang butuh waktu untuk bisa merasakan ketenangan sejenak. Jauhi pikiran tentang kerjaan, fokus dulu untuk bersenang-senang, membahagiakan hatimu, supaya terhindar dari nanti kalau merasa sudah baikan barulah kembali memikirkan soal bisnismu. Intinya kamu harus tetap melangkah maju apapun alasannya. Dan jangan lupa, tidak boleh beristirahat terlalu lama. Dikhawatirkan terlalu lama istirahat malah membuatmu jadi malas meneruskan bisnis sama sekali. Pokoknya harus tahu batasan waktu untuk refreshing ya, jangan sampai Melanjutkan perjalanan’ dengan perbaikan ke arah yang lebih baikKamu sudah melakukan evaluasi, sudah tahu letak kesalahanmu di mana dan bagian apa yang harus diperbaiki. Dengan demikian, kamu bisa meneruskan perjuangan berbekal materi itu. Jika kamu gagal karena melakukan suatu kesalahan, jangan diulangi lagi. Jika kegagalanmu karena kurang kompeten, carilah mentor yang bisa mengarahkanmu. Dengan demikian, kamu bisa menjalankan bisnismu lagi dengan lebih baik dari Harus menjadi pribadi yang selalu optimisKalau kamu bisa membiasakan untuk menganggap sesuatu bisa kamu atasi, maka semuanya akan terasa mudah dan menyenangkan. Dengan optimisme yang kamu miliki, akan sangat membantu dalam kelancaran mencapai tujuan. Apabila kamu sudah berbekal keyakinan jika kamu pasti mampu, maka kamu akan benar-benar mampu menghadapinya. Pun sama jika kamu merasa tidak mampu, kamu juga tidak akan pernah mencoba karena mindset-mu itulah yang menghambat kamu untuk maju. Pokoknya hati-hati ya sama pikiran negatif. Daripada mencemaskan hal yang belum terjadi, lebih baik berpositive thinking bahwa semua akan baik-baik saja, oke?Nah, itu tadi enam jurus jitu agar kamu bisa bangkit dari kegagalan. Jangan bersedih terlalu lama ya, waktu adalah emas. Kegagalan bukan akhir dari segalanya kok. Justru dengan mengalami kegagalan bisa kamu jadikan sarana bersyukur. Kamu mendapatkan pelajaran berharga dari sebuah kegagalan. Asal kamu pantang menyerah, semua pasti akan baik-baik Sekarang kamu sudah merasa baikan? Semangat terus ya! Tawakalbukanlah suatu pilihan terakhir yang dipaksakan atau solusi kepepet atas usaha-usaha kita yang gagal, juga bukanlah satu sikap semu untuk menghibur batin kita yang sebenarnya sedang kecewa. Tawakal juga bukan berarti berdiam diri menyerah pada kenyataan dan tidak mau merubah keadaan, tetapi tawakal adalah sebentuk kesadaran yang lahir

100% found this document useful 2 votes3K views9 pagesDescriptionSemoga BermanfaatCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 2 votes3K views9 pagesMakalah Ikhtiar Dan SyukurJump to Page You are on page 1of 9 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 8 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

Sebaliknyajangan bersikap kasar terhadap anak dan apabila berjanji, berhati-hatilah, harus penuhi janji itu. Dalam part yang ini tujuannya sama iaitu bagaimana usaha dan ikhtiar yang harus dilakukan oleh kedua ibubapa supaya si anak ini taat setia kepada orang ibubapanya, menurut kata, berbudi pekerti tinggi dan patuh kepada perintah Allah
Apabilausia 50 tahun, ibu jatuh sakit dan meminta kita menjaganya, kita bercerita mengenai kesibukan dan kisah-kisah ibu bapa yang menjadi beban kepada anak-anak. Dan kemudian suatu hari, kita mendapat berita ibu meninggal ! Khabar itu bagaikan petir !! dalam lelehan air mata, barulah segala perbuatan kita terhadap ibu menerpa satu persatu. k5B0Rh.
  • a5kk393dnx.pages.dev/315
  • a5kk393dnx.pages.dev/585
  • a5kk393dnx.pages.dev/98
  • a5kk393dnx.pages.dev/287
  • a5kk393dnx.pages.dev/244
  • a5kk393dnx.pages.dev/234
  • a5kk393dnx.pages.dev/211
  • a5kk393dnx.pages.dev/121
  • apabila usaha atau ikhtiar kita gagal sebaiknya kita bersikap